Minggu, 17 November 2013
Schizophrenia

 Schizophrenia
Apa itu Schizophrenia ? Mari kita ketahui bersama, artikel ini  dapat dari berbagai sumber.
Meskipun definisi yang pasti tentang Schizophrenia  selalu menjadi perdebatan para ahli, terdapat indikasi yang semakin  nyata bahwa  Schizophrenia adalah sebuah gangguan yang terjadi pada  fungsi otak. Dalam buku  The Broken Brain : The Biological Revolution in Psychiatry yang ditulis  oleh Dr. Nancy Andreasen,  dikatakan bahwa bukti-bukti terkini tentang  serangan Schizophrenia  merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor.  Faktor-faktor  itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur  kimia  otak, dan faktor genetik. 
Di dalam otak terdapat milyaran sambungan  sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan  dari sambungan sel yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang  disebut neurotransmitters yang membawa pesan dari ujung sambungan  sel  yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang  terserang  schizophrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem  komunikasi  tersebut. 
Bagi  keluarga dengan penderita  schizophrenia di dalamnya, akan mengerti  dengan jelas apa yang dialami penderita  schizophrenia dengan  membandingkan otak dengan telepon. Pada orang yang normal,  sistem switch pada otak bekerja dengan  normal. Sinyal-sinyal persepsi yang  datang dikirim kembali dengan  sempurna tanpa ada gangguan sehingga menghasilkan  perasaan, pemikiran,  dan akhirnya melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat itu.  Pada otak penderita schizophrenia, sinyal-sinyal yang dikirim mengalami gangguan  sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang dituju. 
Schizophrenia terbentuk secara bertahap  dimana keluarga maupun penderita tidak menyadari ada sesuatu yang tidak  beres  dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang  perlahan-lahan ini  yang akhirnya menjadi schizophrenia yang tersembunyi  dan berbahaya. Gejala yang  timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja  menjadi schizophrenia akut. Periode  schizophrenia akut adalah gangguan  yang singkat dan kuat, yang meliputi  halusinasi, penyesatan pikiran  (delusi), dan kegagalan berpikir. 
Kadang  kala schizophrenia menyerang secara  tiba-tiba. Perubahan perilaku yang  sangat dramatis terjadi dalam beberapa hari  atau minggu. Serangan yang  mendadak selalu memicu terjadinya periode akut secara  cepat. Beberapa  penderita mengalami gangguan seumur hidup, tapi banyak juga yang  bisa  kembali hidup secara normal dalam  periode akut tersebut. Kebanyakan  didapati bahwa mereka dikucilkan,  menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat  berfungsi sebagaimana  layaknya orang normal dalam lingkungannya. 
Dalam beberapa kasus, serangan dapat  meningkat menjadi apa yang disebut schizophrenia kronis.  Penderita  menjadi buas, kehilangan karakter sebagai manusia dalam  kehidupan sosial, tidak  memiliki motivasi sama sekali, depresi, dan  tidak memiliki kepekaan tentang  perasaannya sendiri. 

Para Psikiater membedakan gejala serangan  schizophrenia menjadi 2, yaitu gejala positif dan negatif. 
Gejala positif 
Halusinasi selalu  terjadi saat rangsangan  terlalu kuat dan otak tidak mampu  menginterpretasikan dan merespon pesan atau  rangsangan yang datang.  Penderita schizophrenia mungkin mendengar suara-suara  atau melihat  sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi  yang  tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya   timbul, yaitu penderita merasakan ada suara dari dalam dirinya.  Kadang suara itu  dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi  kadang suara itu menyuruhnya  melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri. 
Penyesatan  pikiran (delusi) adalah  kepercayaan yang kuat dalam  menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan  dengan kenyataan.  Misalnya, pada penderita schizophrenia, lampu trafik di jalan  raya yang  berwarna merah kuning hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar   angkasa. Beberapa penderita schizophrenia berubah menjadi seorang  paranoid.  Mereka selalu merasa sedang diamat-amati, diintai, atau hendak diserang. 
Kegagalan  berpikir mengarah kepada masalah  dimana penderita schizophrenia tidak  mampu memproses dan mengatur pikirannya.  Kebanyakan penderita tidak  mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika.  Karena penderita  schizophrenia tidak mampu mengatur pikirannya membuat mereka  berbicara  secara serampangan  dan tidak bisa ditangkap secara logika.  Ketidakmampuan dalam berpikir  mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan emosi  dan perasaan.  Hasilnya, kadang penderita schizophrenia tertawa sendiri atau  berbicara  sendiri dengan keras tanpa mempedulikan sekelilingnya. 
Semua  itu membuat penderita schizophrenia  tidak bisa memahami siapa dirinya,  tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa  itu manusia. Dia juga  tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada,  dan sebagainya.
Gejala negatif
Penderita  schizophrenia kehilangan motivasi  dan apatis berarti kehilangan energi  dan minat dalam hidup yang membuat  penderita menjadi orang yang malas.  Karena penderita schizophrenia hanya  memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang lain  selain tidur dan makan. 
Perasaan  yang tumpul membuat emosi  penderita schizophrenia menjadi datar.  Penderita schizophrenia tidak memiliki  ekspresi baik dari raut muka  maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak   memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa penderita  schizophrenia  tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa  menerima pemberian dan  perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka. 
Depresi  yang tidak mengenal perasaan ingin  ditolong dan berharap, selalu  menjadi bagian dari hidup penderita schizophrenia.  Mereka tidak merasa  memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina  hubungan relasi  dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi  adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Di samping itu, perubahan otak secara  biologis juga memberi andil dalam depresi. 
Depresi  yang berkelanjutan akan membuat  penderita schizophrenia menarik diri  dari lingkungannya. Mereka selalu merasa  aman bila sendirian. 
Dalam beberapa kasus, schizophrenia  menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan  kebanyakan terjadi  pada usia 40 tahun ke atas. Schizophrenia bisa menyerang  siapa saja  tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi.   Diperkirakan penderita schizophrenia sebanyak 1 % dari jumlah manusia yang ada  di bumi. 
Schizophrenia tidak bisa disembuhkan sampai  sekarang. Tetapi dengan bantuan Psikiater dan obat-obatan, schizophrenia dapat   dikontrol. Pemulihan memang kadang terjadi, tetapi tidak bisa  diprediksikan.  Dalam beberapa kasus, penderita menjadi lebih baik dari  sebelumnya. Keringanan  gejala selalu nampak dalam 2 tahun pertama setelah penderita diobati, dan  berangsur-angsur menjadi jarang setelah 5 tahun  pengobatan. Pada umur yang  lanjut, di atas 40 tahun, kehidupan  penderita schizophrenia yang diobati akan  semakin baik, dosis obat yang  diberikan akan semakin berkurang, dan frekuensi  pengobatan akan semakin jarang.
Related Posts : schizophrenia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar